SEGITIGA CINTA UNTUK LINGKUNGAN

09 01 2015 13:26:19 | 12821 Kali
SEGITIGA CINTA UNTUK LINGKUNGAN

SEGITIGA CINTA UNTUK LINGKUNGAN

 

Purwokerto, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas mengadakan kegiatan Sosialisasi Pengelolaan Sampah dengan konsep 3 R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam rangka pertahankan adipura dan sekolah adiwiyata menuju sekolah adiwiyata mandiri yang diselenggarakan pada hari Sabtu, tanggal 27 Desember 2014 bertempat di Graha Satria. Dijelaskan oleh narasumber Ir. Latipah Hendarti, M.Sc.,P.hD dari de Tara Foundation, Bogor sebuah LSM Lingkungan Hidup, bahwa sebagaian masyarakat tidak menyadari bahwa perilaku kesehariannya dapat menimbulkan persoalan lingkungan. Contoh kecil adalah limbah hasil pencucian rambut dengan menggunakan shampo, apakah masyarakat tahu itu akan mencemari lingkungan?

 "Limbah dari shampo itu dapat mencemari lingkungan. Itu salah satu hal sederhana yang kadang justru dilupakan,"

 Kegiatan tersebut diikuti Dewan Pramuka Saka Kalpataru, pamong saka kalpataru, pembina sekolah adiwiyata dan Tim Penggerak PKK Banyumas.

 Menurutnya, persoalan lingkungan merupakan persoalan bersama. Manusia adalah bagian dari persoalan tersebut, karena manusia merupakan bagian dari lingkungan. "Persoalan lingkungan ini sangat dekat dengan keseharian kita," ujar dia.

 

Dia menuturkan, untuk menanggulangi persoalan lingkungan diperlukan kesadaran dari semua pihak. Nah, untuk merubah perilaku masyarakat agar ramah terhadap lingkungan, dia menawarkan konsep pendidikan lingkungan yang disebutnya sebagai segitiga cinta.

 "Konsep dasar merubah perilaku pada pendidikan lingkungan adalah dengan segitiga cinta. Pertama hubungan manusia dengan tuhan. Dalam ajaran agama apapun sudah tersurat agar kita menghargai alam," jelas dia.

 Kemudian yang ke dua adalah akal dan pikiran harus dikembangkan untuk mengenal lingkungan dan melakukan perubahan lebih baik. "Di sini tidak bisa sendirian, seluruh elemen masyarakat harus turut berpartisipasi," ujar dia.

 Dan yang ke tiga adalah konsep keberlanjutan. Ada keseimbangan ekologi, ekonomi, sosial dan budaya. Kerusakan lingkungan yang terjadi, menurutnya, karena manusia selama ini hanya memntingkan ekonomi.

 "Untuk menjalankan ketiganya, di dalamnya harus ada cinta terlebih dahulu. Prinsip dalam mengenal lingkungan harus ada cinta. Dengan cinta apapun akan dilakukan, termasuk untuk lingkungan," kata dia.

 Dengan konsep tersebut, dia mengajak masyarakat untk mengubah paradigma bahwa sampah bukanlah hal yang menjijikan. "Paradigma masyarakat garus diubag, sampah selalu dibilang menjijikan padahal manusia sendiri yang menghasilkannya," ujar dia.

 Humas BLH Kabupaten banyumas Subarkah Setyonagoro, mengharapkan dengan adanya sosialisasi ini bisa menumbuhkan lebih kuat akan motivasi dari para peserta untuk bersama-sama menjaga, melindungi akan lingkungan hidup. Dijelaskan juga bahwa ini merupakan salah satu pembinaan kepada Pramuka Saka Kalpataru untuk lebih mencintai alam dan berbudaya bersih lingkungan.

Dengan Saka Kalpataru ini diharapkan mampu membentuk generasi muda yang ramah lingkungan. Para anggota Saka Kalpataru yang merupakan pramuka golongan Penegak dan Pandega (usia 16-25 tahun) akan diberikan bekal pengetahuan dan keterampilan khusus terkait isu lingkungan, pengelolaan sampah, perubahan iklim dan konservasi keanekaragaman hayati. Tentunya di samping keterampilan dan pengetahuan tentang kepramukaan pada umumnya, salah satunya Pengelolaan Sampah dengan konsep 3 R ini.

 

 
 
 

Related Posts

Komentar