Dinas Lingkungan Hidup
Penghargaan Kalpataru merupakan penghargaan yang diberikan kepada mereka, baik individu, maupun kelompok, yang dinilai berjasa dalam merintis, mengabdi, menyelamatkan, dan membina Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Pemberian Penghargaan Kalpataru bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, membuka peluang bagi berkembangnya inovasi dan kreativitas, serta mendorong prakarsa masyarakat, sebagai bentuk apresiasi dan motivasi kepada individu dan kelompok masyarakat dalam melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan secara berkelanjutan.
Pemerintah Kabupaten Banyumas turut serta dalam memfasilitasi dan mengusulkan calon penerima penghargaan Kalpataru di tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2020, dengan mengusulkan 5 (lima) orang calon penerima penghargaan kalpataru. Kelima calon tersebut adalah :
- Purnomo, Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH)“GEMPITA” Desa Ketenger Kec. Baturraden, dengan kategori Perintis Lingkungan. Kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan diantaranya : pelestarian hutan, pembinaan masyarakat, pelestarian situs-situs budaya.
- Suwaryo dari Desa Watuagung Kec. Tambak, dengan kategori Perintis Lingkungan. Kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan diantaranya penghijauan dan pelestarian mata air.
- Faiz Hidayat, ST. dari Desa Purwodadi Kec. Tambak, dengan kategori Perintis Lingkungan. Kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan diantaranya merintis kebun anggur percontohan.
- Sudir, Kepala Desa Klinting Kec. Somagede, dengan kategori Perintis Lingkungan. Kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan diantaranya penanaman pohon, pembangunan embung.
- Kusmono, perangkat Desa Somagede Kec. Somagede, kategori Pembina Lingkungan. Kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan diantaranya reboisasi.
Berdasarkan usulan tersebut, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah melakukan seleksi tahap pertama untuk menentukan nominasi penerima calon penghargaan yang akan diverifikasi lapangan. Pada tahap seleksi ini, hanya Sdr. Purnomo yang lolos masuk nominasi, sehingga pada tanggal 14 Februari 2020 telah dilakukan verifikasi lapangan di Dusun Kalipagu Desa Ketenger Kab. Banyumas untuk penilaian oleh Tim Juri dari Provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari DLHK Prov Jateng, OPD tingkat Prov. dan LSM.
Verifikasi dilakukan untuk menilai secara langsung kegiatan perlingungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sudah dilakukan oleh Sdr. Purnomo di Dusun Kalipagu Ketenger, dengan kegiatan paparan, tanya jawab dan meninjau langsung ke lapangan.
Berdasarkan verifikasi tersebut, tim juri benar-benar melihat kesungguhan upaya-upaya pelestarian hutan, pelestarian situs budaya, perintisan wisata alam, serta pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan oleh Saudara Purnomo di Desa Ketenger Kec. Baturraden ini. Dengan upaya-upayanya tersebut, maka Sdr. Purnomo mendapatkan Penghargaan Kalpataru Peringkat Pertama (Juara 1) kategori Perintis Lingkungan, berupa tropi, sertifikat dan uang pembinaan. Pengumuman penerimaan Penghargaan Kalpataru oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dilakukan secara daring dikarenakan situasi Pandemi Covid-19.
Redaksi : Bid Tata Lingkungan DLH Kab. Banyumas
SOSOK PURNOMO DIMATA MASYARAKAT
Sosok pemuda kampung yang satu ini adalah seorang yang energik dan tulus dalam melakukan apapun untuk kepentingan orang lain dan masyarakat tanpa kenal lelah dan tak terbatas waktu. Karena demi menolong orang lain, memajukan masyarakat serta untuk melestarikan alam sekitarnya dia senantiasa siap setiap waktu.
Berawal dari keprihatinan karena hampir semua warga kampungnya yang menggantungkan kehidupannya dari hutan sekitar dengan tanpa memperhatikan kerusakan hutan, jiwa Purnomo muda bangkit. Dia berpikir dan bergerak untuk mencegah dan memperbaiki keadaan. Kala itu tahun 1997 Purnomo masih sangat belia karena masih berumur 20 tahun. Purnomo muda mulai aktif di hampir semua kegiatan kemasyarakatan yang ada di kampungnya.
Dikala Purnomo muda kondisi hutan sudah mulai rusak, banyak kayu – kayu besar dalam hutan rimba ditebang oleh pembalak liar baik untuk kebutuhan sendiri maupun memenuhi pesanan para pembelinya, satwa diburu tanpa memperhatikan keseimbangan ekosistem. Masyarakat kala itu tidak ada sedikitpun merasa bersalah, karena mereka berpikir hutan menyediakan segalanya dan tidak mungkin habis serta merasa bahwa hutan itu memang tersedia bagi mereka.
Tanpa lelah Purnomo memberikan penyadaran melalui setiap kesempatan bertemu mereka, baik pada pertemuan – pertemuan warga maupun melaui endong sistem ( istilah lokal yaitu dengan cara berkunjung dari rumah kerumah). Dia terus bergerak tanpa kenal lelah untuk memberi penyadaran akan begitu pentingnya kelestarian hutan dan alam kepada masyarakat.
Kala itu tahun 2006, Purnomo mulai diminta untuk masuk dalam organisasi LMDH ( Lembaga Masyarakat Desa Hutan ) oleh para anggotanya khususnya oleh para penyadap getah damar, sehingga dipercaya untuk menjadi koordinator para penyadap getah damar, produksi getah damar yang dihasilkan meningkat dengan kualitas yang baik ( getah damar adalah getah dari pohon damar di hutan milik Perhutani yang diambil, disetorkan dan dibayar oleh Perhutani ). Pendapatan para penyadap getah damar pun mulai meningkat, sehingga perlahan mereka mulai meninggalkan kebiasaan mereka untuk merambah hutan secara liar, karena sudah ada sebagian masyarakat yang sudah fokus untuk mengambil getah damar.
Purnomo mulai bergerak memperbaiki kondisi hutan yang rusak dengan cara mengusulkan bantuan bibit kepada Perhutani, yaitu : pohon aren sebanyak 3.750 pohon, bibit pohon durian sebanyak 70 pohon. Purnomo menggerakkan swadaya masyarakat untuk menanamnya di hutan milik Perhutani. Purnomo juga mulai mengusulkan untuk dapat berpartisipasi dalam penyediaan bibit pohon damar bekerjasama dengan Perhutani. Usulan diterima, Purnomo membawa anggotanya untuk membuat persemaian bibit pohon damar. Kesejahteraan mulai dirasakan oleh para anggotanya. Kesadaran masyarakat akan arti penting kelestarian hutan mulai terbangun.
Sejak Tahun 2007, Purnomo terpilih menjadi ketua LMDH "Gempita" Desa Ketenger, dan hingga saat ini telah terpilih menjadi ketua LMDH selama 3 kali berturut-turut. Kesempatan menjadi Ketua LMDH dimanfaatkan dengan baik untuk dapat berkiprah dalam hampir semua kegiatan yang berkenaan dengan pelestarian hutan / alam dengan segala macam potensinya. Pada awal kepemimpinannya Purnomo melakukan pendekatan dan merangkul tokoh masyarakat dan tokoh budaya yang ada serta merangkul berbagai pihak untuk dapat bekerjasama, juga mulai melakukan pendataan segala potensi hutan non kayu yang dapat menunjang pendapatan bagi Perhutani dan masyarakat sekitar tanpa harus merusak hutan. Purnomo juga membentuk sebuah Kelompok Kerja ( Pokja ) yaitu Pokja Wisata dan Cagar Budaya ( ini belum pernah terpikirkan oleh para pengampu kepentingan ). Pokja ini dibawah komando ketua LMDH melakukan pelestarian situs – situs budaya yang ada di dalam hutan agar dapat diambil pelajaran tentang kearifan lokalnya, sehingga masyarakat lebih sadar untuk melestarikan hutan.
Purnomo terus bergerak untuk memperbaiki hutan melalui gerakan – gerakan penyuluhan maupun penanaman pohon dan mempertahankan setiap tegakan pohon yang ada di hutan sesuai dengan namanya LMDH “Gempita” yang artinya adalah Gemar Pelihara Tanaman untuk mewujudkan tekad HUTAN LESTARI. Praktis pada periode pertama masa kepemimpinannya difokuskan untuk pendampingan masyarakat agar turut serta melestarikan hutan dengan menanam pohon sebanyak – banyaknya serta membuka potensi – potensi wisata yang ada di dalam hutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak hutan. Hal ini mendapatkan apresiasi dan menginspirasi berbagai pihak baik dari kalangan masyarakat, mahasiswa, lembaga Pendidikan maupun instansi Pemerintah, salah satunya adalah dari Kodim 01 Banyumas yang melaksanakan kegiatan hari Juang Kartika dengan melaksanakan penanaman pohon di hutan lereng Gunung Slamet dengan inisiatif dari Ketua LMDH.
Pada periode kedua dengan tetap menggaungkan tekad HUTAN LESTARI Purnomo juga mulai memperhatikan bagaimana cara hutan yang telah kembali menjadi baik dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar hutan, sehingga potensi yang ada di kawasan hutan dapat digali menjadi sumber pendapatan baik langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat. Maka keindahan hutan menjadi fokusnya, dengan dibukanya obyek wisata baru diantaranya adalah Obyek Wisata Curug Penganten, Bukit Rajawali, Bukit Pandang, Curug Bayan, Curug Jenggala. Sampai dengan saat ini nama terakhir yang saya sebutkan menjadi kebanggan masyarakat dan mampu mendatangkan hasil ekonomis bagi masyarakat khususnya di Dusun Kalipagu dan sekitarnya. Ada sebagian warga yang dulunya sebagai perambah hutan dan pemburu hewan liar sekarang dapat dipekerjakan untuk mengelola tempat wisata, halaman rumah warga yang dulunya tidak menghasilkan, sekarang dapat mendatangkan penghasilan bagi pemiliknya karena dijadikan tempat parkir bagi para pengunjung wisata. Warga juga sebagian dapat mendirikan warung makanan bagi para pengunjung. Tidak hanya itu tetapi dari hasil pendapatan wisata juga diberikan untuk bina lingkungan sekitar hutan, juga menyokong Pendapatan Asli Desa untuk Pemerintah Desa Ketenger. Singkat cerita warga kampung yang dulu lebih dari 90 % menjadi perambah hutan dan pemburu satwa liar sekarang hampir sudah tidak ada lagi. Sehingga mulai lagi terdengar kicau burung liar di hutan Lereng Gunung Slamet. Terkadang kita bisa menemukan kotoran satwa liar berada di hutan, sebagai pertanda habitat yang ada di hutan mulai kembali. Dari hal tersebut, maka jenis flora fauna endemik langka dan hampir punah yang ada dapat terjaga diantaranya adalah elang jawa, rek rekan ( owa Jawa ), sehingga mengundang berbagai kalangan peneliti baik perguruan tinggi maupun lembaga penelitian yang lain untuk meneliti dan mempelajari jenis flora fauna endemik lereng Gunung Slamet.
Purnomo berhasil menginspirasi banyak pihak, sehingga sering diundang sebagai narasumber dalam berbagai kegiatan pelestarian lingkungan diantaranya adalah sebagai narasumber di Universitas Gajah Mada Yogyakarta pada acara Explore Do, bahkan diundang oleh Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup sebagai narasumber pada acara Semiloka Nasional Hutan Indonesia.
Ditengah kesibukannya sebagai Ketua LMDH, Purnomo juga aktif pada kegiatan yang lain, diantaranya sebagai Ketua Pos Mitigasi Bencana ( Posmina ) yang dibentuk oleh Kepala Desa Ketenger, sehingga aktif secara langsung untuk melaksanakan kegiatan penanganan kebakaran hutan di Lereng Gunung Slamet. Tercatat juga sebagai anggota aktif di Satuan Perlindungan Masyarakat ( LINMAS ) di Desa Ketenger.
“Ora perlu tenar, Ora perlu terkenal, ora penting penampilan, sing penting manfaat kanggo masyarakat” itu tetap menjadi semboyannya sampai dengan sekarang. Namun demikian banyak pihak yang dapat melihat dan mengapresiasi sebagian dari kiprahnya, sehingga mendapatkan berbagai Piagam Penghargaan / Sertifikat, diantaranya adalah :
- Sertifikat Pelatihan Kelompok Kader Pengelola Lingkungan Hidup Tahun 2002
- Piagam Penghargaan Atas Partisipasi dan Kepedulian Dalam Penanganan Kebakaran di Lereng Selatan Gunung Slamet Tahun 2015
- Piagam Penghargaan sebagai juara II Lomba Kenthongan Administratur Cup Tahun 2011
- Piagam Penghargaan sebagai Mitra Kerja Berprestasi / anugerah Rimbawan Awards Tahun 2015
- Certificate Social Media Training for Tourism MarketingTahun 2019
- Sertifikat Pelatihan Manajemen Homestaytahun 2019
Gambaran singkat ini belum dapat menggambarkan secara keseluruhan tentang kegiatan yang dilakukan oleh Purnomo, namun semoga bisa menjadikan inspirasi bagi semua orang agar dapat bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.
Profil Sdr. Purnomo ditulis oleh : Sdr. Kuspono (Sekretaris Desa Ketenger)